Menantu Pahlawan Negara

Bab 35



3/3 

Bab 35 Bertemu Lagi di Wawancara 

Setelah menjelaskan panjang lebat, Ardika berhasil menenangkan ayah dan ibu mertuanya 

Setelah masuk ke vila, Desi dan Jacky pun pergi istirahat. Mereka masih ketakutan karena 

kejadian tadi 

Ketika Ardika keluar dari vila, dia melihat Juna berlari kemari bersama beberapa orang 

“Tuan Ardika, mohon maaf. Satpam kami nggak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga membiarkan para preman menerobos masuk Ini adalah tanggung jawab kami.” 

Setelah sampai di hadapan Ardika, Juna terus membungkuk dan minta maaf. 

“Satpam manajemen properti memang nggak berguna,” ucap Ardika dengan ekspresi dingin 

Beberapa satpam itu bukanlah satpam pria tua seperti di kompleks kecil, melainkan satpam dari perusahaan keamanan yang profesional. Namun, mereka ternyata tidak sanggup menahan para 

preman. 

“Tuan Ardika, mereka ketakutan karena mendengar nama Tuan Jinto Aku sudah memberikan perintah kepada para satpam, kalau sampai para preman itu datang lagi, mereka harus 

menahannya sekuat tenaga.” 

Juna juga tidak berdaya. Kalau berhadapan dengan para keluarga besar, dia masih bisa menggunakan nama Grup Bumantara untuk menakuti mereka. 

Namun, ketika berhadapan dengan para preman yang tidak takut mati, mereka memang tidak 

berdaya. 

“Nggak usah. Mulai sekarang, aku nggak perlu satpam dari manajemen properti untuk menjaga 

rumah lagi.” 

Ardika melambaikan tangannya, lalu berkata kepada Draco, “Draco, coba atur beberapa orang ke 

tempat ini, tapi kamu harus menggunakan alasan yang tepat.” 

Dengan ekspresi curiga, Juna melihat ke arah Draco. 

“Salam kepada Komandan!” 

Setelah terdiam dua detik, Juna yang terkejut segera membungkuk. 

Di saat yang sama, Perusahaan Jaya Semi. 

“Selanjutnya,” ucap Luna kepada asistennya setelah selesai mewawancarai seorang kandidat. 

Tak lama kemudian, seorang wanita berjalan masuk, lalu berkata, “Pagi, Bu Luna, nama saya 

1/3 

Jenny Al Lunay 

Jenny terkejut melihat Luma yang sedang duduk di depannya Wajah Jenny juga menjadi pucat 

Hari itu. Jenny tidak berhasil mendapatkan postal asistennya Juna Dua hari ini dia juga tidak berhasil mendapatkan pekerjaan Ketika melihat iklan rekrutmen Perusahaan Jaya Semi, dia langatog datang 

*Luna, kamu adalah hos Perusahaan Jaya Sem1?” tanya Jenny dengan ekspresi rumit 

Roda selalu berputar Beberapa hari lalu, Jenny masih menghina Luna dan merasa sombong Namun, sekarang dia malah datang ke perusahaan milik Luna untuk wawancara 

“Betul Jenny, kamu masih mau wawancara nggal?” 

Setelah sadar dari keterkejutannya, Luna pun bertanya dengan nada datar. Dia tidak memiliki kesan baik dengan Jenny 

“Aku, aku pikir–pikir dulu.” 

Setelah memaksakan senyuman, Jenny pun berjalan keluar sambil menundukkan kepalanya. 

Luna hanya menggelengkan kepalanya, lalu melanjutkan wawancaranya. 

Semua wawancara akhirnya selesai di siang hari Luna turun ke bawah dan ingin pergi makan 

“Luna, aku ingin trakti kamu makan di luar.” 

Di lobi, Jenny tiba–tiba menghentikan Luna. 

Luna menggelengkan kepalanya dan berkata, “Nggak usah, aku akan makan di kantin perusahaan. 

Jenny tiba–tiba merangkul lengannya dengan ramah sambil berkata, “Luna, kamu masih marah 

sama aku, ya?” 

“Aduh, waktu itu aku juga nggak tahu kalau suamimu begitu hebat. Aku juga memikirkan dirimu. 

Gini saja, biarkan aku traktir untuk minta maaf.” 

Melihat Jenny yang keras kepala, Luna pun terpaksa menyetujuinya. 

Setelah beberapa menit, Luna dan Jenny sudah duduk di restoran makanan barat yang mewah. 

“Luna, biarkan aku bersulang untukmu. Sebelumnya itu salahku, aku minta maaf.” NôvelDrama.Org © 2024.

Jenny memesan satu botol anggur merah, kemudian menuangkannya ke gelas Luna. 

“Aku nggak mau minum anggur di siang hari, sore nanti masih ada kerjaan lain.” 

Luna menutup gelasnya dengan tangan kanan. 

2/3 

+15 BONUS 

Mendengar ucapan Luna yang tegas, Jenny pun berkata, “Kalau gitu, kita minum jus saja‘ 

Luna pun mengangguk 

Sambil makan, mereka terus mengobrol. Pada akhirnya, ucapan Jenny yang manis berhasil membuaꞌ amarah Luna perlahan menghilang 

Setelah itu. Jenny mulai mengeluh. Dia mengeluh kalau dua hari belakangan ini semua 

wawancaranya sudah ditolak, suaminya juga dipecat. Dia ingin segera mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. 

Luna yang baik hati tentu saja merasa kasihan. Dia merasa kalau tindakan Jenny sebelumnya 

juga terpaksa, sehingga mulai merasa iba dengan Jenny. 

Siapa sangka, Jenny sedang menurunkan kewaspadaan Luna 

Melihat waktunya sudah tepat, Jenny segera berkata, “Luna, hari itu aku pergi ke Grup 

Bumantara untuk wawancara, kebetulan aku bertemu suamimu yang pergi membeli perabot. Di 

sampingnya ada seorang wanita, waktu itu aku kira wanita itu kamu.” 

SURPERISE GIFT: 500 bonus free for you activity time is limited! 

GET IT 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.