Menantu Pahlawan Negara

Bab 64



Bab 64 Berhenti Makan 

Kenapa kamu diamdiam mengadu domba lagi? Apa lagi yang bisa kamu lakukan selain 

berbohong?” 

Desi memelototi Ardika dengan galak. 

Kalau bukan karena dia tidak ingin membesarkan masalah dan mempermalukan diri sendiri hingga temanteman lamanya tahu bahwa Ardika adalah menantunya, dia sudah mengusir 

Ardika. 

“Bibi Desi, jangan marah. Pesta masih berlangsung, Bibi harus senangsenang. Jangan biarkan dia memengaruhi suasana hati Bibi.” 

Peter berlagak baik lagi. 

Namun, Desi malah mendengarkan Peter. Dia mengabaikan Ardika sambil berkata, “Peter, pesta akan segera dimulai. Pergilah ke atas panggung untuk mewakili bibi mengucapkan beberapa kata. Bibi nggak pandai berbicara, nanti malah ditertawakan orang.” 

Peter tertegun sejenak sebelum bergembira. 

Bisa–bisanya Desi menyuruhnya mewakili Luna berpidato, dia memahami maksud Desi. 

Bu, Peter bukan anggota keluarga kita, bagaimana bisa dia yang berpidato? Aku atau Ardika bisa 

mewakili Ibu.” 

Luna sangat panik. Content provided by NôvelDrama.Org.

Desi memelototinya sambil berkata, “Diam kamu. Peter sudah berpengalaman. Apa Ardika pandai berpidato? Sudahlah, jangan kira aku sudah nggak marah padamu, nanti aku akan membuat perhitungan denganmu!” 

Desi ingin Peter lebih banyak tampil agar Luna memiliki kesan baik dengannya. 

Sebelum Luna selesai berbicara, Peter sudah naik ke atas panggung dengan membawa mikrofon. 

“Ehem, halo saudara–saudara sekalian, namaku Peter Remax. Kalian boleh memanggilku Peter.” 

“Pesta akan segera dimulai. Bibi Desi memintaku mewakili keluarganya mengucapkan beberapa kata sambutan. Tanpa basa–basi, acara dimulai. Silakan nikmati makanan dan minuman yang kami sediakan, kalau ada yang kurang, aku meminta maaf sebesar–besarnya….” 

“Prok prok prok.” 

Semua tamu memiliki kesan yang baik pada pemuda tampan ini. 

Seseorang di meja sebelah pun bertanya dengan lantang, “Desi, ini menantumu? Tampan sekali, 

dia sangat cocok dengan putrimu 

Terdengar suara tawa yang meriah

+15 BONUS 

“Aku pernah mendengar soal Peter. Dia adalah tuan muda dari keluarga terkemuka, Keluarga 

Remax. Karena dia mengejar Luna dan mewakili keluarga mereka menyambut tamu, sepertinya 

hubungan mereka sudah dipastikan.” 

Masa sih? Kudengar Luna sudah menikah beberapa waktu yang lalu, pria itu bahkan 

menimbulkan keributan besar di Kota Banyuli, apa kalian nggak tahu?” 

“Kami yang berada di perdesaan belum pernah mendengar hal ini. Benarkah? Bagaimana 

mungkin gadis seperti Luna menyukai pria sakit jiwa?” 

“Rumor yang tersebar memang seperti itu. Lihatlah pria yang duduk di samping Luna, sepertinya 

memang benar. Tapi tadi ketika kita bertanya pada Desi, dia tergagapgagap dan enggan untuk 

mengaku.” 

“Sungguh nggak sebanding dengan Peter ….” 

Mendengar obrolan dari meja sekitar, hati Luna seperti tersayat pisau. 

Peter yang berada di atas panggung tersenyum cerah

Mendengar obrolan ini, Desi pasti akan memaksa Luna untuk bersikap baik pada Peter. 

Sebenci apa pun Luna pada Peter, dia tidak bisa melakukan apa–apa

Para pelayan meletakkan peralatan makan di setiap meja dan perjamuan akan segera dimulai. 

“Buk!” 

Pada saat ini, pintu Hall Utopia ditendang dari luar. 

Suara keras itu menarik perhatian semua tamu dan semuanya langsung menoleh ke arah pintu. 

Beberapa preman masuk dengan sombong. 

Mereka dipimpin oleh seorang pemuda berambut pirang yang memiliki dua bekas jahitan di 

pelipisnya. 

Dia mengisap rokok sambil berjalan ke sebuah meja. Kemudian, dia mengulurkan tangannya untuk mengambil sepotong kaki ayam dan mulai mengunyahnya. 

“Oh, enak sekali. Semuanya makanan enak, harga satu meja ini pasti mahal, ‘kan?” 

Preman berambut pirang itu memandang semua orang dengan angkuh, lalu menghantamkan 

ayam itu ke atas meja. 

Jangan makan lagi, kami menginginkan aula ini!” 

Hantaman itu membuat piring–piring di atas meja berantakan dan sup pun bertebaran ke segala 

arah. 

Semua orang dikejutkan oleh preman berambut pirang yang sombong itu. 

“Kenapa masih diam? Cepat pergi!” 

Preman berambut pirang itu mendelik para tamu dengan galak. 

“Saudara sekalian, hari ini Hall Utopia sedang mengadakan pesta pindah rumah. Kalau kaliam 

ingin makan, ada ruangan lain. Hotel kami akan segera menyajikan lauk untuk kalian Kita itu 

saudara setanah air, mudah dibicarakan.” 

Saat ini, seorang pria gemuk berlari menghampirinya. 

Dia adalah Manajer Hendy yang mengambil alih tugas Yono. 

Karena Peter menghadiri pesta pindah rumah hari ini, dìa datang untuk melayani Peter 

“Aula lain? Kita ingin segera makan, apa kalian sempat masak?” 

Preman berambut pirang itu mengambil rokok yang diberikan oleh Hendy, lalu menaruh roket itu di telinga. Kemudian, dia memandang Hendy dengan dagu terangkat 

Hendy berkata sambil tersenyum, “Sempat, pasti sempat. Kami akan meminta dapur untuk segera 

menangani hidangan kalian, kujamin saudara sekalian pasti puas.” 

Preman berambut pirang itu mendengus, dia seolah–olah setuju. 

Hendy merasa lega. 

Namun, saat ini, seseorang di belakang preman berambut pirang itu malah berkata dengan arogan, Dengar–dengar, Hall Utopia adalah satu–satunya aula kelas atas di Hotel Puritamar 

Dia memandang preman berambut pirang itu sambil berkata, “Kak, bos sudah bilang Tamu yang kita layani kali ini adalah orang besar, kita harus memperlakukan mereka dengan baik. Selain Hall Utopia, nggak ada aula lain yang memenuhi syarat.” 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.