Bab 2288
Bab 2288
Bab 2288 Reuni Keluarga
Cuaca sangat dingin di gunung. Namun, seekor beruang cokelat tidur di samping Dewi untuk menghangatkannya. Hewan kecil lainnya mencarikan makanan untuknya, memungkinkannya bertahan hidup sampai sekarang.
Setelah beberapa hari istirahat, tubuh Dewi sudah cukup pulih.
Mungkin itu karena udara di gunung ini sangat bagus. Dulu dia muntah setiap hari di penjara, tapi hal itu tidak terjadi selama beberapa hari terakhir.
Hujan di luar telah berhenti. Dewi hendak turun gunung, tapi ketika dia akan keluar dari gua, mendadak terlihat ada seberkas cahaya di kejauhan…..
Dia mau tak mau tertegun.
Gunung ini belum dikembangkan dan sepanjang tahun selalu turun hujan. Jika mau mendaki gunung akan berbahaya. Masyarakat biasa sama sekali tidak berani naik gunung, lebih tidak mungkin mendaki di saat malam hari.
Jadi, orang–orang ini datang karena dia?
Karena tidak yakin siapa yang datang, ditambah lagi terakhir kali memanggil binatang buas saat di penjara bawah tanah, sudah banyak teman binatang yang berkorban. Kali ini, Dewi tidak ingin lagi melibatkan mereka. Jadi, dia berencana pergi sendirian dari sini.
Saat ini, di kaki gunung mendadak terdengar suara lolongan serigala yang tidak asing. Dewi seketika tercengang. Suara ini…..
Apa yang dipikirkan Dewi pertama kali adalah Bibi Lauren. Namun, setelah tersadar, baru mengingat Bibi Lauren telah tiada. Jadi, seharusnya itu adalah….
“Paman Joshua!”
Dewi segera berlari ke arah cahaya. Namun, baru berlari beberapa langkah saja dia langsung terjatuh karena jalanan yang licin, bajunya yang tipis disertai tubuhnya yang masih lemah.
Saat ini, seekor beruang cokelat besar keluar dari gua dan membungkuk di hadapannya.
“Terima kasih, Beruang Besar.”
Dewi bersandar di punggungnya dan menginstruksikan beruang itu untuk mencari Paman Joshua.
Dengan cepat, beruang cokelat besar membawa Dewi pergi mencari Paman Joshua.
Sekeluarga bisa bertemu, membuat Dewi bersemangat.
“Dewi!” Brandon segera menerjang kemari dan memeluk Dewi. Saking semangatnya, dia sampai
berlinang air mata. “Aku kira kamu sudah ….
“Aku tak apa.” Mata Dewi sampai memerah, “Bagaimana kalian bisa mencari ke sini?”
“Sudah berapa tahun, apa aku masih tak mengenalmu?” Paman Joshua juga sangat bersemangat, dia tersenyum sambil berkata, “Aku tahu, kalian pasti baik–baik saja.”
Kata “kalian” seketika membuat suasana hati Dewi menjadi muram.
Paman Joshua mengira Bibi Lauren ikut dengannya bersembunyi di atas gunung. Dia sama sekali tidak tahu Bibi Lauren sudah tiada…..
Melihat ekspresi wajah Dewi, Paman Joshua seketika mengerti apa yang terjadi. Dia bergegas bertanya, “Dewi, mana Bibi Lauren?”
“Ya, di mana Bibi Lauren?” Brandon juga ikut bertanya.
Dewi hanya menundukkan kepala. Tidak ada satu patah pun keluar dari mulutnya. Hanya air mata yang terus mengalir seperti mutiara yang terlepas dari benang….
Paman Joshua seketika tertegun. Kakinya melemas dan jatuh ke tanah.
“Paman Joshua!” Brandon segera memapah Paman Joshua.
“Maaf, maaf….” Dewi menangis sampai gemetaran. “Semua salahku. Aku yang menyusahkan Bibi Lauren. Dia demi menyelamatkanku….”
Dia merasa sangat bersalah, sehingga tidak berani menatap pamannya.
Jika waktu bisa diputar kembali, dia lebih memilih mati daripada menyusahkan Bibi Lauren, Sonny dan yang lainnya
“Siapa? Sebenarnya siapa yang mencelakai Bibi Lauren?”
Brandon mengepalkan tangannya dengan sekuat tenaga, seperti akan bertarung mati–matian dengan seseorang.
“Kalian jangan ikut campur masalah ini.” Dewi menghapus air matanya, lalu menarik napas dalam– dalam. “Aku pasti akan membalas dendam Bibi Lauren. Kalian kembali ke Swedoland dulu, jangan sampai terlibat.”
“Kami sudah datang, mana mungkin tak ikut campur?” Suara Paman Joshua terdengar muram dan serak. “Aku dan Bibi Lauren sudah berjanji akan hidup dan mati bersama. Sekarang dia sudah tiada, aku akan membalaskan dendamnya.”
“Paman Joshua….” Dewi menangis sambil meminta maaf, “Maafkan aku.”
“Anak bodoh. Ini bukan salahmu, melainkan dalang dibalik ini semua.” Paman Joshua berdiri dan menepuk bahu Dewi, “Keinginan terbesar Bibi Lauren adalah kamu bisa tetap hidup dengan baik. Kamu jangan mengecewakannya
Saat mendengar perkataan ini, hati Dewi lebih sedih lagi.
“Kita turun gunung dulu. Di sini sangat dingin, juga tidak aman.”
“Iya.”
12 26 Tue, 6 Ju
Tiga Harta: Ayah Misterius… Content is property of NôvelDrama.Org.
Bab 2289 Ada di Depan
83